Friday, October 16, 2015

5 WIRAUSAHA/UKM DI INDONESIA




TUGAS KEWIRAUSAHAAN

 Kelas : 2DF01 
Nama kelompok :
-         RIRIS YUNITA SINAGA (59214477)

-         HENDRIKA MANGGUNG (54214898)

-         MARIA AURELIA BERE (56214375)



1.USAHA PERTAMBANGAN BATUBARA
Sandiaga Salahuddin Uno

Seorang pebisnis muda yang sangat bersemangat dalam membangun karir bisnisnya, siapa lagi kalau bukan Sandiaga Salahuddin Uno, atau biasa dikenal dengan nama Sandiaga Uno. Setelah lama bekerja di luar negeri kemudian kembali ke Indonesia dan mendirikan perusahaan penasehat investasi Recapital pada tahun 1997. Sandiaga Uno kemudian bersama rekannya Edwin Soeryadjaya mendirikan Saratoga Capital. Saratoga Capital adalah sebuah perusahaan investasi, dan sampai saat ini telah memperluas jaringan bisnis dengan bergerak dalam bidang tambang batubara, infrastruktur, telekomunikasi, minyak sawit dan penerbangan. Saat ini beliau fokus dalam membina Usaha Kecil dan Menegah dan merupakan anggota Dewan Ekonomi Nasional. Nilai kekayaan yang dimiliki sebesar US$ 460 juta.

Sebagai salah satu pengusaha muda terkaya di Indonesia, ia merupakan seorang muslim sunni. Sandi mengelola Saratoga Investam Sedaya dengan visi untuk menjadi perusahaan investasi di Indonesia dan partner ideal untuk investor lokal dan asing yang berusaha untuk berpartisipasi dalam kedinamisan ekonomi di Indonesia. Ia juga merupakan milyarder pertama Indonesia yang lahir setelah era reformasi dan jatuhnya Suharto pada 1998. Sandiaga merupakan salah satu dermawan terkenal di Indonesia.

Prinsipnya ialah: “ketika kita menjadi businessman, kita harus yakin bahwa harta kekayaan kita terdistribusikan secara merata.” 

Sandiaga Uno juga aktif dalam beberapa organisasi. Ia tergabung dalam master bisnis internasional yang berspesialisasi di Asia, yang notabene merupakan negara-negara Muslim serta DIB negara-negara Islam (Asia).Setelah sukses menapaki karir sebagai penguasa berprestasi, Sandi Uno sering hadir di acara seminar-seminar, pembekalan tentang jiwa kewirausahaan (entrepeneurship) khususnya di kalangan pemuda. Sebelum menjadi pengusaha sukses seperti sekarang, Sandi Uno sempat menjadi pengangguran ketika diberhentikan kerja dari perusahaan yang mempekerjakannya.

Hingga akhirnya, Sandi Uno berinisiatif untuk mendirikan sebuah perusahaan penasehat di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor. Usaha tersebut sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain. Sandi Uno memiliki mentor dalam menjalankan bisnisnya, yakni William Soeryadjaya. 

Pada tahun 1998, Sandi Uno pun mendirikan perusahaan investasi bernama PT.Saratoga Investama Sedaya bersama Edwin Soeryajaya yang merupakan anak dari William Soeryadjaya. Bidang usaha yang digeluti ialah pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan. Rahasia sukses dari perusahaan yang dikelola Sandi Uno ini ialah terjalinnya jaringan yang baik dengan perusahaan serta lembaga keuangan yang berada di dalam dan luar negeri.

Mekanisme yang diterapkan pada perusahaan tersebut ialah menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Perusahaan melakukan perbaikan dan pengembangan pada kinerja perusahaan yang mengalami krisis. Setelah kondisi perusahaan berlangsung stabil, aset perusahaan tersebut dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Tercatat hingga tahun 2009, terdapat 12 perusahaan yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga. Contoh beberapa perusahan tersebut ialah PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtonics.

Pada awalnya,  Sandi Uno berpikir bahwa menjadi pengusaha merupakan pilihan terakhirnya. Hingga saat ini, Sandi tidak pernah terpikir untuk menjadi pengusaha seperti yang telah dijalankannya selama satu dekade ini. Meskipun tak pernah merencanakan menjadi seorang pengusaha, saat ini bisnis yang dimiliki telah beranak pinak di berbagai sektor. Mulai dari pertambangan, infrastruktur, perkebunan, hingga asuransi pun dirambahnya. 
Ia pun masih memiliki cita-cita untuk mengembangkan bisnisnya pada sektor ‘consumer goods', karena menurutnya sektor tersebut sangat prospektif dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang. Baginya, ketika mulai terjun ke dunia bisnis, seorang pebisnis haruslah memiliki perencanaan jangka panjang. Hal ini seperti yang dilakukan saat mulai merambah sektor pertambangan pada tahun 2000, dan saat ini sektor tersebut sedang berkembang pesatnya.

Kesuksesan yang dimilikinya saat ini bukanlah merupakan proses singkat, Sandi Uno harus berkali-kali mengalami pemberhentian kerja karena perusahaan yang mempekerjakannya mengalami kebangkrutan, menjadi pengangguran, dan hidup kesusahan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dan mulai merintis usaha bisnisnya bersama rekan bisnisnya. 

Alasannya mendirikan perusahan penasehat keuangan tentunya tak lepas dari latar belakang perusahaan-perusahaan yang mempekerjakannya sering mengalami permasalahan. Meskipun, saat menjalankan bisnisnya ia dilanda krisis, namun Sandi tetap berpegang teguh pada prinsipnya bahwa setiap masalah ada solusinya. Krisis ini dimanfaatkan Sandi justru dengan mengepakkan sayapnya. Dengan banyaknya perusahaan papan atas yang mengalami krisis dan nilai aset yang melemah, perusahaan investasi Sandi segera menyusun strategi untuk menyakinkan investor mancanegara agar mau menyuntikkan dana ke tanah air. Perusahaan sandi membeli perusahaan-perusahaan yang mengalami krisis tersebut, diperbaiki dan dikelola hingga berada dalam kondisi stabil untuk selanjutnya dijual kembali. Aset perusahaan yang sudah stabil tersebut dijual untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan besar  diperoleh Sandi dengan sistem kerja tersebut.

Perjalanan Karir :
Hingga saat ini, Sandi Uno telah memiliki pengalaman kerja sebagai berikut:
• Summa Group, Jakarta (Mei 1990-Juni 1993)
• Seapower Asia Investment Limited, Singapura (Juli 1993-April 1994)
• MP Holding Limited Group, Singapura (Mei 1994-Agustus 1995)
• NTI Resources Limited, Calgary, Canada (September 1995-April 1998)
• PT Saratoga Investama Sedaya (April 1998- sekarang)

Sandi Uno merupakan pemilik PT Saratoga Investama Sedaya, pada tahun 2011 melakukan investasi jangka panjang dengan membeli saham Mandala Airlines yang sempat berhenti beroperasi pada 13 Januari 2011. Sandi mengusai 51% saham Mandala, 33% lainnya akan dimiliki Tiger Airways sementara sisanya 16% akan dimiliki para kreditur. Seperti diketahui bahwa Mandala Airlines telah kekurangan dana operasional dan menumpuknya utang hingga mencapai 2,4 trilliun. Mandala Airlines berhenti beroperasi karena harus melakukan negosiasi restrukturisasi hutang dengan para krediturnya, termasuk pada pemegang tiket yang meminta refund. Namun, meskipun diterpa masalah demikian, dengan cepat restrukturisasi hutang sudah tercapai dan Mandala siap menggaet investor baru.

Tips Sukses Sandi Uno :
1.Kerja keras dan gigih
Dalam prinsip hidupnya, Sandi selalu menerapkan sikap kerja keras pantang menyerah dan gigih. Hal ini dibuktikan dengan, meskipun berkali-kali gagal serta jatuh bangun dalam meniti karir namun Sandi Uno tetap bangkit kembali dan menjadi pribadi yang lebih baik dengan kegigihannya berjuang. Mulai dari bekerja di perusahaan multinasional kemudian diberhentikan, memperoleh pekerjaan kembali, mendapatkan kesempatan studi lanjut, memperoleh pekerjaan lagi hingga akhirnya diberhentikan lagi, lalu menjadi pengangguran. Semua masa sulit itu akhirnya berhasil dilaluinya karena semangat juang yang dimilikinya begitu tinggi, hingga akhirnya membawa Sandi Uno pada puncak kesuksesa seperti sekarang ini.

2.Optimis
Prinsip yang selalu diterapkan Sandi ialah optimis. Baginya, meskipun hal yang tidak mungkin sekalipun pasti akan menjadi mungkin. Hal ini dibuktikan dengan saat adanya krisis ekonomi melanda Indonesia, Sandi Uno tetap optimis melenggang menjalankan bisnisnya. Ia bahkan menerapkan rencana strategis brilian yang akhirnya mengarah kepada kemajuan usahanya. Upaya yang dilakukannya saat itu mungkin terlihat mustahil karena berjuang dan berjaya dalam krisis moneter merupakan hal yang sulit. Namun, Sandi Uno membuktikannya dan menjadikan perusahaannya berkembang pesat sejak saat itu.

3.Target jangka panjang
Pengusaha, pebisnis, haruslah memiliki rencana jangka panjang, begitulah pedoman yang dimiliki Sandi Uno. Dalam menjalankan bisnisnya, pola pikir yang diterapkan ialah dampaknya untuk esok hari, efeknya untuk esok hari. Hal ini dibuktikan dengan sebelum sektor pertambangan batu bara naik daun seperti sekarang ini, Sandi Uno telah memiliki aset di sektor tersebut satu dekade yang lalu. Begitu pula dengan rencana pengembangan usahanya di bidang ‘consumer goods’ yang menurut prediksi bisnisnya akan berkembang pesat pada tahun-tahun mendatang.

4.Jalin Relasi
Menjalin relasi merupakan salah satu upaya yang selalu ditanamkan kuat dalam prinsip hidup Sandi Uno. Bahkan, ketika ia memulai kembali usahanya, ia bermitra dengan rekan-rekan yang memiliki hubungan baik dengannya. Saat sedang mengembangkan strategi bisnisnya, metode yang digunakan Sandi Uno pun dalam bentuk negosiasi dengan pihak-pihak investor asing. Hal inilah yang menjadikan Sandi Uno memiliki banyak mitra dan relasi yang membuatnya dipercayai dalam berbagai hal termasuk organisasi.
5.Berwirausaha = Berbagi
Menjadi pengusaha bagi Sandi Uno tidak boleh melepaskan kewajibannya terhadap sesama manusia lainnya. Baginya, wirausaha bukanlah kerja sendiri melainkan kerja bermitra yang berarti memberikan kesempatan bagi lainnya untuk mendapatkan kesempatan yang sama. Sandi Uno merupakan salah satu pebisnis muda Indonesia yang memiliki jiwa kedermawanan tinggi. Baginya, seorang pebisnis memiliki pintu yang lebih lebar serta kesempatan yang lebih luas untuk berbagi dengan lainnya. Berbagi ini bisa diaplikasikan dalam berbagai hal. Hal ini dikarenakan berbagai merupakan salah satu bentuk dari perwujudan syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Berbagi dalam konteks apapun dan dengan cara apapun bukan merupakan masalaha asalkan dilandasi oleh hati yang tulus ikhlas untuk memberi.




2.USAHA PECELELE LELA
RANGGA UMARA

LELA merupakan singkatan dari LEBIH LAKU.

Kisah hidup berliku dari seorang pejuang kehidupan dengan tekad bulat dan keyakinan pada akhirnya berbuah manis. Jerih payah, jatuh-bangun membangun bisnis pada akhirnya dirasakan oleh Rangga Umara , pemilik RM Pecel Lele Lela.

Sebelum banting setir memilih jalan pengusaha, Rangga adalah karyawan dengan posisi manajer di perusahaan swasta. Mengetahui perusahaan tempat kerjanya tidak sehat dan tinggal menunggu giliran PHK, setelah teman-temannya terkena PHK, Rangga mulai memikirkan jalan hidup lain.

Pada akhirnya, Rangga mulai merintis bisnis sendiri. Diawali dengan tidak ada ide, bisa dikatakan dengan modal nekat dan niat, Rangga membuka warung seafood kaki lima dengan diferensiasi tempat dibuat unik. Modal pertama hanya tiga juta, itupun dari hasil menjual barang-barang pribadinya. Sampai tiga bulan pertama, warung seafood-nya masih sepi pengunjung.

Merasa bahwa lokasi yang menjadi kendala utama, Rangga pun mulai mencari tempat lain. Rangga menawarkan kerja sama dengan warung makan lainnya, tetapi selalu ditolak. Sampai suatu hari Rangga mendatangi sebuah rumah makan semipermanen di kawasan tempat makan, di kawasan Pondok Kelapa. Pemilik rumah makan itu juga menolak tawaran kerjasama yang diajukan Rangga. Ia justru menawari membeli peralatan rumah makannya yang hendak ia tutup lantaran sepi pembeli. Karena keterbatasan modal,Rangga menolak membeli peralatan rumah makan tersebut.Ia hanya menyewa tempat seharga Rp1 juta per bulan.

Ditempat usaha yang baru, Rangga memutuskan untuk berjualan pecel lele, makanan favorit saat kuliah. Lagi-lagi nasib baik belum menghampirinya. Ketika berjualan lele, yang laku malahan ayam. Kalau menu ayam habis, pembeli langsung memilih pulang. Rangga berkeyakinan bahwa menu masakan lele itu enak. Untuk mengujinya,ia menawari pembeli untuk mencicipi menu lele dan keyakinannya itu diperkuat oleh pendapat pengunjung.

Naluri wirausaha Rangga pada momen itu sangat kuat. Dia mampu melihat peluang yang tidak titangkap orang lain. Lele yang biasanya dirumah makan hanya menjadi menu tambahan, oleh Rangga disajikan sebagai menu utama. Bagaimana membuat hal yang tidak biasa menjadi biasa dimana lele menjadi sajian utama dapat diterima oleh konsumen?Ditahap ini, naluri inovasi Rangga menunjukan kebolehannya. Inovasi hidangan lele untuk menonjolkan kelebihan lele sebagai menu makanan yang terletak pada kelembutan dagingnya dan memperbaiki bentuk lele sebagai makanan yang tidak menarik dengan dibaluri tepung dan telur. Jadilah lele tepung yang lambat laun disukai konsumen.

Setelah pindah ke tempat baru, pendapatan rumah makan rangga meningkat menjadi Rp3 juta per bulan. Membandingkan dengan gaji sebagai karyawan yang tidak jauh berbeda dengan pendapatan rumah makannya, Rangga berniat untuk lebih total menekuni bisnisnya.

Usaha warung makan lele Rangga yang masih baru dan mulai direspon baik oleh konsumen, tidak terlepas dari kendala. Lokasi yang pada awalnya menjadi kendala, sudah teratasi, selanjutnya muncul tantangan baru. Tahu usaha rumah makan lele Rangga laris, pemilik rumah makan menaikan sewanya menjadi Rp2 juta per bulan. Belum lagi Rangga harus memikirkan gaji tigakaryawan yang menggantungkan nasibnya kepada dirinya.

Sementara pendapatan menjadi minus karena kenaikan biaya sewa dan gaji karyawan, Rangga terjebak oleh rentenir dengan berutang sebesar Rp5 juta. Usaha Rangga sempat mengalami jatuh-bangun. Dari pengalaman itu, mental wirausahawan Rangga terbangun. Seiring berjalannya waktu, Rangga mulai bijak menghadapi tekanan dan tantangan.Usahanyapun berbuah manis.

Berkat kegigihan dan perjuangan pantang menyerahnya, usaha kuliner rumah makan dengan sajian menu utama lele mulai diminati banyak konsumen. Kenaikan peminat lele menjadikan usahanya diminati orang. Banyak orang menawarkan kerjasama dengan model waralaba.
Berkat lele goreng tepung andalan, rumah makan Rangga semakin ramai pengunjung. Pecinta lele dari berbagai kawasan datang ke rumah makannya di Pondok Kelapa. Selanjutnya, Rangga membuat putusan besar dengan pindah tempat dari tempat rumah makan sebelumnya yang disewa Rp2 juta per bulan. Tidak hanya itu, inovasi masakan lele terus berlanjut dengan sajian tiga menu utama, yaitu lele goreng tepung, lele filet kremes, dan lele saus padang.

Ketika usaha warung makan sedang menanjak, Rangga dihadapkan pada masalah baru lagi, yaitu koki utamanya keluar dan diketahui dia membuat usaha sejenis. Rangga kecewa, mengapa tidak berbicara sebelumnya karena kalau tahu tentunya dapat dikerjasamakan dan saling mendukung. Masalah terselesaikan ketika tidak direncanakan Rangga bertemu teman lamanya saat SMA, Bambang. Bambang pada saat itu bekerja di restoran cepat saji. Keduanya kemudian bercerita, bertukar pikiran dan pengalaman mengenai makanan dan bisnis rumah makan. Lalu, Rangga menjadikan Bambang sebagai konsultannya kecil-kecilan dengan honor hanya mengganti uang besin.

Ketika bisnis mulai menanjak, Rangga membangun fondasi usahanya, meletakkan pijakan dasar berupa budaya kerja dengan membuat SPO dengan dibantu oleh Bambang. Pada tahap pengembangan ini, perananBambang sangat besar membantu Rangga. SPO menjadi dasar pembukaan cabang lainnya untuk mengontrol kualitas makanan agar rasanya tidak berubah-ubah dan pelayanannya pun mempunyai diferensiasi trersendiri. Pada akhirnya Bambang menjadi general manager Pecel Lele Lela.

Pada 2009, menanggapi banyaknya permintaan, Rangga mulai mewaralabakan Pecel Lele Lela. Waralaba Pecel Lele Lela berdampak positif untuk pengembangan usaha. Pecel Lele Lela lebih dikenal oleh masyarakat dan selanjutnya permintaan konsumen pun meningkat. Waralaba lele Lela diminati banyak orang, bahkan sampai ke luar daerah, seperti Bandung, Yogyakarta, dan Medan.

Lele Lela berhasil menjaga kualitas rasa dan layanan yang menjadi kunci sukses bisnis kuliner. Tidak hanya itu, untuk menjaga bisnis tetap dalam fase pertumbuhan, Lele Lela terus berinovasi dengan rasa, mengembangkan berbagai menu hidangan lele yang khas dan berbeda. Inovasi di sisi layanan Lele Lela mengembangkan budaya sambutan ucapan “Selamat Pagi” kepada setiap konsumen yang datang meskipun waktunya siang, sore, dan malam. Rangga menunjukkan bahwasanya seorang wirausahawan haruslah kreatif dan inovatis mengembangkan nilai-nilai baru untuk meningkatkan nilai produknya.

Sekarang ini Lele Lela mendapatkan permintaan waralaba dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Rencananya, cabang-cabang di luar negeri akan direalisasikan tahun ini. Sampai saat ini Lele Lela telah memiliki 27 cabang, 3 di antaranya adalah milik sendiri.
Nama Lela sendiri sebenarnya hanyalah singkatan, yaitu Lebih Laku. Ini sekaligus menjadi doa supaya Lele Lela terus berkembang. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi Rangga ketika Pecel Lele Lela ikut mengisi menu Pengusaha nyentrik dan banyak memberi inspirasi, Bob Sadino, berpulang pada Senin (19/1/2015) ini dalam usia 81 tahun. Pahit getir saat memulai usaha benar-benar dia rasakan, sebelum akhirnya mengecap nikmatnya sebagai pengusaha.

Kesuksesan yang dicapai Rangga bukan semata-mata hanya kematangan konsep dan kematangan menu, tetapi juga totalitas dan komitmen karyawan sebagai bagian aktor yang ikut membesarkan Lele Lela.

Kini omset seluruh cabang mencapai Rp1,8 miliar per bulan. Sampai kini, Rangga masih memegang keyakinanbahwa jika kita mau fokus dalam melangkah, pasti akan sukses.




  
3.USAHA AYAM

Bob sadino

Pengusaha nyentrik dan banyak memberi inspirasi, Bob Sadino, berpulang pada Senin (19/1/2015) ini dalam usia 81 tahun. Pahit getir saat memulai usaha benar-benar dia rasakan, sebelum akhirnya mengecap nikmatnya sebagai pengusaha.

Bob sempat "terdampar" di Belanda selama lebih kurang 9 tahun dan bekerja di perusahaan pelayaran nasional Djakarta Lylod yang memiliki kantor di kota Amsterdam, Belanda, dan Hamburg, Jerman.

Setelah itu, Bob keluar dari perusahaan dan memasuki bisnis sewa mobil. Mobil yang dia sewakan adalah Mercedes miliknya sendiri, dan dia sendiri yang menjadi sopirnya. Dalam perjalanannya, Bob mengalami kecelakaan dan mobil yang dia punyai pun rusak.

Bob kemudian banting setir menjadi kuli bangunan dengan upah harian. Saat itu, dia juga mulai tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam. Bob menjadi orang pertama yang mengenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin berkembang.

Usaha yang dijalankan semakin berkembang. Tak hanya berkutat dengan telur dan ayam, Bob Sadino juga memasuki bisnis sayuran dan penjualan makanan. Penampilan yang nyentrik menjadi ciri khas sehari-hari Bob Sadino. Bercelana pendek, dia dengan leluasa bepergian ke mana-mana. Dia juga cukup "laris" menjadi pembicara untuk memberi motivasi kepada pebisnis pemula.

Seperti beberapa waktu lalu saat dia menjadi pembicara di Bogor, Bob mengatakan bahwa peluang bisnis pertanian cukup besar, tidak hanya pasar internasional, tetapi juga pasar dalam negeri. Bob mengatakan, semakin banyaknya minat generasi muda untuk berwirausaha, maka jumlah usahawan Indonesia pun meningkat, yang saat ini hanya 1,8 persen dari total penduduk Indonesia.

Semua telah dibuktikan oleh Bob, pendiri dan pemilik tunggal supermarket Kem Chicks, entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah, dan bukan berasal  dari keluarga wirausaha.

5 rahasia sukses berbisnis ala Bob Sadino :
Pertama, harus berani memulai
Dalam menjalankan roda bisnis yang terpenting adalah harus berani action dan berusaha dengan totalitas penuh serta jangan takut untuk gagal. Walaupun pada waktu itu ayam kampung masih mendominasi pasar di Indonesia, namun dengan keberaniannya Om Bob tetap berusaha untuk memperkenalkan ayam negeri dengan telurnya ke pasar bebas. Meskipun tak jarang Ia menemui beberapa kegagalan dalam bisnisnya, tetapi Ia menanggapi kegagalan tersebut sebagai vitamin untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Sebab, dengan merasakan sakitnya kegagalan, biasanya manusia terdorong untuk bangkit dan akhirnya mengetahui bagaimana nikmatnya sebuah keberhasilan.

Kedua, jangan terlalu banyak analisis
Sebagian besar orang terlalu banyak berpikir dan menganalisa sebelum akhirnya melangkah terjun di dunia usaha. Padahal, ketika seseorang hanya membuat rencana dan merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, maka sebenarnya Ia akan semakin banyak memikirkan hal-hal negatif yang akan menghambat kesuksesan sebuah usaha. Karenanya untuk bisa menjadi entrepreneur sukses, segeralah action untuk mencetak keuntungan besar setiap bulan.

Ketiga, tidak ada kesuksesan yang serba instan
Pada dasarnya tak ada yang instan di dunia ini. Termasuk juga dalam mencapai kesuksesan, dibutuhkan proses yang cukup panjang untuk bisa meraih apa yang Anda impikan. Untuk itu setiap pengusaha dituntut untuk terus berkomitmen pada kesuksesan yang telah diimpikan dan tidak cepat menyerah dalam menghadapi berbagai macam masalah. “Sesuatu yang didapat dengan mudah biasanya juga akan menghilang dengan cara yang terbilang mudah,” kutip Bob Sadino.

Keempat, memiliki mimpi besar
Dalam hal ini tentunya Om Bob telah membuktikan kepada kita semua bahwasannya bermodalkan tekad, niat, dan juga semangat yang kuat, Beliau mampu meraih mimpi besar yang telah Ia citakan. Sebab sebenarnya kesuksesan itu bukan sekedar teori, namun didapat dari perjuangan dan kerja keras serta dilandasi niat yang kuat untuk mewujudkan cita-cita kita.

Kelima, positif thingking
Disadari atau tidak berpikir positif ternyata dapat memudahkan langkah Anda menuju gerbang kesuksesan. Sebab, dengan membiasakan diri untuk selalu positif thingking, Anda bisa lebih optimis dalam menjalankan sebuah usaha, semakin tenang dalam menghadapi berbagai macam permasalahan, serta bisa mengambil hikmah dari setiap kegagalan yang mereka temui di tengah jalan. 



 
4. USAHA SUVENIR
 
DIDI KURNIADI

 Berasal dari keluarga yang berlatar belakang pedagang menjadikan Didi Kurniadi memiliki jiwa berdagang sejak kecil. Apalagi dengan tuntutan ekonomi keluarga yang pas-pasan, membuat Didi sudah terbiasa menjalankan bisnis untuk membantu orang tuanya sejak dia masih remaja.
Berbagai sektor usaha sudah dia jalankan ketika menghabiskan masa sekolah di Lampung, mulai dari berjualan empek-empek, berjualan majalah sampai menjadi agen penjual atau reseller produk suvenir dari Jakarta. Siapa sangka usaha terakhirnya ini mampu membawa pria berusia 35 tahun ini menuju pada kesuksesan finansial.
Lewat merek usaha Radja Promosi, Didi berhasil membangun bisnis suvenir atau produk promosi di daerah tempat tinggalnya di Lampung. Dia memberi nama Radja karena itu nama tertinggi dalam kasta kerajaan. "Hampir semua yang nama radja itu baik, jadi biar terdengar unik," ceritanya.  
Dia mengklaim Radja Promosi adalah usaha suvenir produk promosi perdana yang berlokasi di Lampung. Latar belakang dia menjalankan usaha ini karena dulu dia melihat  belum ada media promosi yang unik di Lampung. "Kalau ada yang mau berpromosi atau beriklan, ya kalau tidak pasang iklan, pasang spanduk," ujarnya.
Usaha yang Didi rintis sejak tahun 2009 ini sudah mampu memproduksi ribuan suvenir setiap bulan. Beberapa produk suvenir tersebut di antaranya adalah handuk, boneka, payung, kaus, spanduk, mug, kotak tisu, jam, topi, tenda, pulpen, kipas, gantungan kunci, dan masih banyak lagi.
Dengan dibantu 20 orang karyawan untuk operasional, Radja Promosi hingga kini sudah banyak mendapatkan klien di berbagai daerah di Sumatra dan Jawa. Sebagian besar pelanggannya berasal dari perusahaan-perusahaan besar seperti Indosat, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan hotel-hotel.
Harga jual produknya beragam. Pemesanan bisa satuan hingga ribuan. Untuk Produk termurah misalnya pena seharga Rp 1.700 per unit. Produk promosi yang termahal adalah tenda promosi seharga Rp 8,5 juta per unit. Didi mengaku bisa mendapatkan sekitar 30 konsumen sampai 50 konsumen per bulan. Nilai pemesanannya rata-rata sekitar Rp 9 juta sampai Rp 10 juta per konsumen. Maka tak heran jika omzet usahanya bisa mencapai Rp 500 juta per bulan.
Kesuksesan Didi merintis usaha jasa suvenir dari nol hingga mampu mencetak omzet ratusan juta per bulan di Lampung ini menarik untuk dicontoh. Ini  membuatnya beberapa kali mendapatkan tawaran untuk menjadi pembicara di seminar kewirausahaan. Ia pernah menjadi salah satu pembicara seminar Kun Fayakun for Business yang diselenggarakan oleh PPPA Daarul Quran Lampung. "Saya senang kalau berbagi ilmu bisnis kepada orang lain," ujarnya.
Dalam memasarkan produknya, Didi rajin memasang iklan di koran lokal untuk menjangkau konsumen di Lampung. Sementara untuk skala nasional, dia memanfaatkan media sosial mulai dari situs radjapromosi.com, Facebook, dan Twitter. "Sebagian besar pemesanan yang datang masih via offline," jelasnya.
Didi besar di tengah keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan. Ayahnya berprofesi sebagai pedagang soto ayam dan ibunya menjadi penjual sayur keliling. Kondisi ini membuat Didi lebih peka dengan keadaan ekonomi keluarganya. Sejak kelas 3 SD hingga SMA, anak pertama dari lima bersaudara ini berjualan empek-empek untuk membantu keuangan keluarga. Bertahun-tahun berjualan membuatnya terbiasa dengan aktivitas ini.
Ketika menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, Didi sempat menjadi pengurus dana dan usaha (danus) di salah satu organisasi kerohanian di fakultasnya selama tiga tahun. Dari situ, dia banyak belajar mengelola sebuah bisnis. Lantaran sudah terbiasa dengan profesi menjadi penjual, ketika lulus kuliah, pria kelahiran tahun 1980 ini sempat bergabung menjadi sales di sebuah lembaga pendidikan di Lampung. Ketertarikannya berbisnis suvenir promosi berawal ketika dia menemukan sebuah iklan jasa suvenir promosi dari Jakarta berupa permen promosi di majalah pemasaran. Dia melihat, cara berpromosi dengan permen cukup menarik. Ketika itu di tahun 2004, tidak ada media promosi selain spanduk dan pasang iklan di media massa di daerahnya.
Dari situ, Didi tertarik untuk menjadi tenaga penjual permen promosi tersebut. Dia akhirnya membuka usaha permen promosi cabang Lampung di akhir tahun 2004. Bermodal katalog dan contoh permen yang dia miliki, Didi mencoba menawarkan jasa promosi ini ke berbagai perusahaan di Lampung. Pada awal-awal berbisnis, Didi banyak mendapatkan penolakan.
Bahkan salah satu perusahaan mencemoohnya karena bentuk penawaran Didi yang hanya menggunakan katalog dan contoh permen, bukan lewat proposal. "Saya pada saat itu hanya punya kemampuan menjadi tenaga penjual saja, untuk teknis penawaran ke perusahaan masih belum paham," ujarnya. Akhirnya dia memperbaiki sistem penjualannya dengan menggunakan proposal agar terlihat lebih profesional. Gayung bersambut, klien pertamanya datang dari salah satu calon wakil walikota yang sedang kampanye saat Pilkada. Saat itu orderan pertamanya sebanyak 150.000 unit permen dengan gambar sang calon wakil walikota berserta wakilnya. "Saya bisa dapat keuntungan Rp 4,5 juta pada saat itu," ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, permintaan jasa promosi melalui permen makin berdatangan. Beberapa kliennya adalah perusahaan besar seperti Bank BII dan Bank Mandiri cabang Lampung.
Namun lantaran Didi belum bisa mengelola keuangan dengan baik, keuntungan yang dia dapat tidak dia gunakan lagi untuk modal usaha. Sebagian besar keuntungan dia gunakan untuk keperluan pribadi. Akibatnya, Didi pun terlilit utang pada produsen permen promosi hingga mencapai Rp 20 juta. Setelah memperbaiki sistem keuangan usahanya, dia bisa melunasi utang dengan cara mengangsur. Usaha suvenir promosinya terus berkembang. Dia menambah variasi produk dengan menjadi agen penjual suvenir lainnya dari Jakarta. Di situ, pengalamannya terus bertambah.




5. USAHA SEPATU

FAUZAN ADHIMA EFWANDAPUTRA
Di usianya yang masih relatif muda, Fauzan Adhima Efwandaputra sukses menjalankan bisnis pembuatan sepatu buatan tangan atau handmade shoes. Pria kelahiran 11 Agustus 1989 ini fokus membuat sepatu bot handmade premium khusus pria dengan merek Foremost Indonesia. Omzetnya kini pun mencapai ratusan juta rupiah per bulannya.
Membuka usaha di Bandung, Jawa Barat, ia menyasar konsumen berkantong tebal yang memiliki selera tinggi dan berkelas. Selain memiliki toko ritel di Bandung, ia juga memasarkan sepatu buatannya itu ke berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Bali.
Dengan harga jual berkisar antara Rp 495.000-Rp 923.000 per pasang, Fauzan meraup omzet Rp 50 juta setiap bulan, dengan margin keuntungan 10%-15% dari omzet. Bisnis ini mulai dirintisnya pada Oktober 2010. Selain sepatu, awalnya ia juga membuat kaus. Namun, sistem pengerjaannya hanya berdasarkan order. "Waktu itu tanpa merek," ujarnya.
Lambat laun, order yang diterimanya terus meningkat. Di bandingkan dengan kaus, order sepatu lebih mendominasi. Makanya, belakangan ia memutuskan untuk meninggalkan usaha pembuatan kaus tersebut. Namun, saat itu ia belum langsung membuat sepatu bot. "Awalnya saya membuat sepatu kets dan kasual," ujarnya.





Sumber :
http://www.berkuliah.com/2014/12/sandiaga-salahudin-uno-pengusaha-muda-muslim-terkaya-di-indonesia.html



http://www.ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/kisah-sukses-didi-kurniadi-berbisnis-suvenir

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/fauzan-sukses-membuat-sepatu-bot-pria

No comments:

Post a Comment

Ayat Emas Tentang Keberhasilan

➥ Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaia...