TUGAS
KEWIRAUSAHAAN
Nama kelompok :
-
RIRIS
YUNITA SINAGA (59214477)
-
HENDRIKA
MANGGUNG (54214898)
-
MARIA
AURELIA BERE (56214375)
1.USAHA PERTAMBANGAN
BATUBARA
Sandiaga Salahuddin Uno
Seorang pebisnis muda yang sangat bersemangat dalam
membangun karir bisnisnya, siapa lagi kalau bukan Sandiaga Salahuddin Uno, atau
biasa dikenal dengan nama Sandiaga Uno. Setelah lama bekerja di luar negeri
kemudian kembali ke Indonesia dan mendirikan perusahaan penasehat investasi
Recapital pada tahun 1997. Sandiaga Uno kemudian bersama rekannya Edwin
Soeryadjaya mendirikan Saratoga Capital. Saratoga Capital adalah sebuah
perusahaan investasi, dan sampai saat ini telah memperluas jaringan bisnis
dengan bergerak dalam bidang tambang batubara, infrastruktur, telekomunikasi,
minyak sawit dan penerbangan. Saat ini beliau fokus dalam membina Usaha Kecil
dan Menegah dan merupakan anggota Dewan Ekonomi Nasional. Nilai kekayaan yang
dimiliki sebesar US$ 460 juta.
Sebagai salah satu pengusaha muda terkaya di
Indonesia, ia merupakan seorang muslim sunni. Sandi mengelola Saratoga Investam
Sedaya dengan visi untuk menjadi perusahaan investasi di Indonesia dan partner
ideal untuk investor lokal dan asing yang berusaha untuk berpartisipasi dalam
kedinamisan ekonomi di Indonesia. Ia juga merupakan milyarder pertama Indonesia
yang lahir setelah era reformasi dan jatuhnya Suharto pada 1998. Sandiaga
merupakan salah satu dermawan terkenal di Indonesia.
Prinsipnya ialah: “ketika
kita menjadi businessman, kita harus yakin bahwa harta kekayaan kita
terdistribusikan secara merata.”
Sandiaga
Uno juga aktif dalam beberapa organisasi. Ia tergabung dalam master bisnis
internasional yang berspesialisasi di Asia, yang notabene merupakan
negara-negara Muslim serta DIB negara-negara Islam (Asia).Setelah sukses
menapaki karir sebagai penguasa berprestasi, Sandi Uno sering hadir di acara
seminar-seminar, pembekalan tentang jiwa kewirausahaan (entrepeneurship)
khususnya di kalangan pemuda. Sebelum menjadi pengusaha sukses seperti
sekarang, Sandi Uno sempat menjadi pengangguran ketika diberhentikan kerja dari
perusahaan yang mempekerjakannya.
Hingga
akhirnya, Sandi Uno berinisiatif untuk mendirikan sebuah perusahaan penasehat
di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor. Usaha tersebut sukses dan telah
mengambil alih beberapa perusahaan lain. Sandi Uno memiliki mentor dalam
menjalankan bisnisnya, yakni William Soeryadjaya.
Pada
tahun 1998, Sandi Uno pun mendirikan perusahaan investasi bernama PT.Saratoga
Investama Sedaya bersama Edwin Soeryajaya yang merupakan anak dari William
Soeryadjaya. Bidang usaha yang digeluti ialah pertambangan, telekomunikasi, dan
produk kehutanan. Rahasia sukses dari perusahaan yang dikelola Sandi Uno ini
ialah terjalinnya jaringan yang baik dengan perusahaan serta lembaga keuangan
yang berada di dalam dan luar negeri.
Mekanisme
yang diterapkan pada perusahaan tersebut ialah menghimpun modal investor untuk
mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Perusahaan
melakukan perbaikan dan pengembangan pada kinerja perusahaan yang mengalami
krisis. Setelah kondisi perusahaan berlangsung stabil, aset perusahaan tersebut
dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Tercatat hingga tahun 2009,
terdapat 12 perusahaan yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga. Contoh
beberapa perusahan tersebut ialah PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtonics.
Pada
awalnya, Sandi Uno berpikir bahwa menjadi pengusaha merupakan pilihan
terakhirnya. Hingga saat ini, Sandi tidak pernah terpikir untuk menjadi
pengusaha seperti yang telah dijalankannya selama satu dekade ini. Meskipun tak
pernah merencanakan menjadi seorang pengusaha, saat ini bisnis yang dimiliki
telah beranak pinak di berbagai sektor. Mulai dari pertambangan, infrastruktur,
perkebunan, hingga asuransi pun dirambahnya.
Ia
pun masih memiliki cita-cita untuk mengembangkan bisnisnya pada sektor ‘consumer
goods', karena menurutnya sektor tersebut sangat prospektif dalam kurun
waktu 5-10 tahun mendatang. Baginya, ketika mulai terjun ke dunia bisnis,
seorang pebisnis haruslah memiliki perencanaan jangka panjang. Hal ini seperti
yang dilakukan saat mulai merambah sektor pertambangan pada tahun 2000, dan
saat ini sektor tersebut sedang berkembang pesatnya.
Kesuksesan
yang dimilikinya saat ini bukanlah merupakan proses singkat, Sandi Uno harus
berkali-kali mengalami pemberhentian kerja karena perusahaan yang
mempekerjakannya mengalami kebangkrutan, menjadi pengangguran, dan hidup
kesusahan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dan mulai merintis usaha
bisnisnya bersama rekan bisnisnya.
Alasannya
mendirikan perusahan penasehat keuangan tentunya tak lepas dari latar belakang
perusahaan-perusahaan yang mempekerjakannya sering mengalami permasalahan.
Meskipun, saat menjalankan bisnisnya ia dilanda krisis, namun Sandi tetap
berpegang teguh pada prinsipnya bahwa setiap masalah
ada solusinya. Krisis ini dimanfaatkan Sandi justru dengan mengepakkan
sayapnya. Dengan banyaknya perusahaan papan atas yang mengalami krisis dan
nilai aset yang melemah, perusahaan investasi Sandi segera menyusun strategi
untuk menyakinkan investor mancanegara agar mau menyuntikkan dana ke tanah air.
Perusahaan sandi membeli perusahaan-perusahaan yang mengalami krisis tersebut,
diperbaiki dan dikelola hingga berada dalam kondisi stabil untuk selanjutnya
dijual kembali. Aset perusahaan yang sudah stabil tersebut dijual untuk
mendapatkan keuntungan. Keuntungan besar diperoleh Sandi dengan sistem kerja tersebut.
Perjalanan Karir :
Hingga
saat ini, Sandi Uno telah memiliki pengalaman kerja sebagai berikut:
•
Summa Group, Jakarta (Mei 1990-Juni 1993)
•
Seapower Asia Investment Limited, Singapura (Juli 1993-April 1994)
•
MP Holding Limited Group, Singapura (Mei 1994-Agustus 1995)
•
NTI Resources Limited, Calgary, Canada (September 1995-April 1998)
•
PT Saratoga Investama Sedaya (April 1998- sekarang)
Sandi Uno merupakan
pemilik PT Saratoga Investama Sedaya, pada tahun 2011 melakukan investasi
jangka panjang dengan membeli saham Mandala Airlines yang sempat berhenti
beroperasi pada 13 Januari 2011. Sandi mengusai 51% saham Mandala, 33% lainnya
akan dimiliki Tiger Airways sementara sisanya 16% akan dimiliki para kreditur.
Seperti diketahui bahwa Mandala Airlines telah kekurangan dana operasional dan
menumpuknya utang hingga mencapai 2,4 trilliun. Mandala Airlines berhenti
beroperasi karena harus melakukan negosiasi restrukturisasi hutang dengan para
krediturnya, termasuk pada pemegang tiket yang meminta refund. Namun, meskipun
diterpa masalah demikian, dengan cepat restrukturisasi hutang sudah tercapai
dan Mandala siap menggaet investor baru.
Tips Sukses Sandi Uno :
1.Kerja keras dan gigih
Dalam prinsip hidupnya, Sandi selalu
menerapkan sikap kerja keras pantang menyerah dan gigih. Hal ini dibuktikan
dengan, meskipun berkali-kali gagal serta jatuh bangun dalam meniti karir namun
Sandi Uno tetap bangkit kembali dan menjadi pribadi yang lebih baik dengan
kegigihannya berjuang. Mulai dari bekerja di perusahaan multinasional kemudian
diberhentikan, memperoleh pekerjaan kembali, mendapatkan kesempatan studi
lanjut, memperoleh pekerjaan lagi hingga akhirnya diberhentikan lagi, lalu menjadi
pengangguran. Semua masa sulit itu akhirnya berhasil dilaluinya karena semangat
juang yang dimilikinya begitu tinggi, hingga akhirnya membawa Sandi Uno pada
puncak kesuksesa seperti sekarang ini.
2.Optimis
Prinsip yang selalu diterapkan Sandi ialah
optimis. Baginya, meskipun hal yang tidak mungkin sekalipun pasti akan menjadi
mungkin. Hal ini dibuktikan dengan saat adanya krisis ekonomi melanda
Indonesia, Sandi Uno tetap optimis melenggang menjalankan bisnisnya. Ia bahkan
menerapkan rencana strategis brilian yang akhirnya mengarah kepada kemajuan
usahanya. Upaya yang dilakukannya saat itu mungkin terlihat mustahil karena
berjuang dan berjaya dalam krisis moneter merupakan hal yang sulit. Namun,
Sandi Uno membuktikannya dan menjadikan perusahaannya berkembang pesat sejak
saat itu.
3.Target jangka panjang
Pengusaha, pebisnis, haruslah memiliki
rencana jangka panjang, begitulah pedoman yang dimiliki Sandi Uno. Dalam
menjalankan bisnisnya, pola pikir yang diterapkan ialah dampaknya untuk esok
hari, efeknya untuk esok hari. Hal ini dibuktikan dengan sebelum sektor
pertambangan batu bara naik daun seperti sekarang ini, Sandi Uno telah memiliki
aset di sektor tersebut satu dekade yang lalu. Begitu pula dengan rencana
pengembangan usahanya di bidang ‘consumer goods’ yang menurut prediksi
bisnisnya akan berkembang pesat pada tahun-tahun mendatang.
4.Jalin Relasi
Menjalin relasi merupakan salah satu upaya
yang selalu ditanamkan kuat dalam prinsip hidup Sandi Uno. Bahkan, ketika ia
memulai kembali usahanya, ia bermitra dengan rekan-rekan yang memiliki hubungan
baik dengannya. Saat sedang mengembangkan strategi bisnisnya, metode yang
digunakan Sandi Uno pun dalam bentuk negosiasi dengan pihak-pihak investor
asing. Hal inilah yang menjadikan Sandi Uno memiliki banyak mitra dan relasi
yang membuatnya dipercayai dalam berbagai hal termasuk organisasi.
5.Berwirausaha = Berbagi
Menjadi
pengusaha bagi Sandi Uno tidak boleh melepaskan kewajibannya terhadap sesama
manusia lainnya. Baginya, wirausaha bukanlah kerja sendiri melainkan kerja
bermitra yang berarti memberikan kesempatan bagi lainnya untuk mendapatkan
kesempatan yang sama. Sandi Uno merupakan salah satu pebisnis muda Indonesia
yang memiliki jiwa kedermawanan tinggi. Baginya, seorang pebisnis memiliki
pintu yang lebih lebar serta kesempatan yang lebih luas untuk berbagi dengan
lainnya. Berbagi ini bisa diaplikasikan dalam berbagai hal. Hal ini dikarenakan
berbagai merupakan salah satu bentuk dari perwujudan syukur atas nikmat yang
diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Berbagi dalam konteks apapun dan dengan cara
apapun bukan merupakan masalaha asalkan dilandasi oleh hati yang tulus ikhlas
untuk memberi.
2.USAHA PECELELE LELA
LELA
merupakan singkatan dari LEBIH LAKU.
Kisah
hidup berliku dari seorang pejuang kehidupan dengan tekad bulat dan keyakinan
pada akhirnya berbuah manis. Jerih payah, jatuh-bangun membangun bisnis pada akhirnya dirasakan
oleh Rangga Umara ,
pemilik RM Pecel Lele Lela.
Sebelum
banting setir memilih jalan pengusaha, Rangga adalah karyawan dengan posisi manajer di perusahaan swasta.
Mengetahui perusahaan tempat kerjanya tidak sehat dan tinggal menunggu giliran
PHK, setelah teman-temannya terkena PHK, Rangga mulai memikirkan jalan hidup
lain.
Pada
akhirnya, Rangga mulai merintis bisnis sendiri. Diawali dengan tidak ada ide, bisa dikatakan dengan modal nekat
dan niat, Rangga membuka warung seafood
kaki lima dengan diferensiasi tempat dibuat unik. Modal pertama hanya tiga juta, itupun dari hasil menjual
barang-barang pribadinya. Sampai tiga bulan pertama, warung seafood-nya masih sepi pengunjung.
Merasa
bahwa lokasi yang menjadi kendala utama, Rangga pun mulai mencari tempat lain.
Rangga menawarkan kerja sama dengan warung makan lainnya, tetapi selalu
ditolak. Sampai suatu hari Rangga mendatangi sebuah rumah makan semipermanen di
kawasan tempat makan, di kawasan Pondok Kelapa. Pemilik rumah makan itu juga
menolak tawaran kerjasama yang diajukan Rangga. Ia justru menawari membeli
peralatan rumah makannya yang hendak ia tutup lantaran sepi pembeli. Karena
keterbatasan modal,Rangga
menolak membeli peralatan rumah makan tersebut.Ia hanya menyewa tempat seharga Rp1 juta
per bulan.
Ditempat
usaha yang baru, Rangga memutuskan untuk berjualan pecel lele, makanan favorit
saat kuliah. Lagi-lagi nasib baik belum menghampirinya. Ketika berjualan lele, yang laku malahan ayam. Kalau menu ayam
habis, pembeli langsung memilih pulang. Rangga berkeyakinan bahwa menu masakan
lele itu enak. Untuk mengujinya,ia
menawari pembeli untuk mencicipi menu lele dan keyakinannya itu diperkuat oleh
pendapat pengunjung.
Naluri
wirausaha Rangga pada momen itu
sangat kuat. Dia mampu melihat peluang yang tidak titangkap orang lain. Lele
yang biasanya dirumah makan hanya menjadi menu tambahan, oleh Rangga disajikan
sebagai menu utama. Bagaimana membuat hal yang tidak biasa menjadi biasa dimana
lele menjadi sajian utama dapat diterima oleh konsumen?Ditahap ini, naluri inovasi Rangga
menunjukan kebolehannya. Inovasi hidangan lele untuk menonjolkan kelebihan lele
sebagai menu makanan yang terletak pada kelembutan dagingnya dan memperbaiki
bentuk lele sebagai makanan yang tidak menarik dengan dibaluri tepung dan
telur. Jadilah lele tepung yang lambat laun disukai konsumen.
Setelah
pindah ke tempat baru, pendapatan rumah makan rangga meningkat menjadi Rp3 juta per bulan. Membandingkan dengan
gaji sebagai karyawan yang tidak jauh berbeda dengan pendapatan rumah makannya, Rangga berniat untuk lebih
total menekuni bisnisnya.
Usaha
warung makan lele Rangga yang masih baru dan mulai direspon baik oleh konsumen, tidak terlepas dari kendala.
Lokasi yang pada awalnya menjadi kendala, sudah teratasi, selanjutnya muncul
tantangan baru. Tahu usaha rumah makan lele Rangga laris, pemilik rumah makan
menaikan sewanya menjadi Rp2
juta per bulan. Belum lagi Rangga harus memikirkan gaji tigakaryawan yang menggantungkan nasibnya kepada dirinya.
Sementara
pendapatan menjadi minus karena kenaikan biaya sewa dan gaji karyawan, Rangga
terjebak oleh
rentenir dengan berutang sebesar Rp5
juta. Usaha Rangga sempat mengalami jatuh-bangun. Dari pengalaman itu, mental
wirausahawan Rangga
terbangun. Seiring berjalannya waktu, Rangga mulai bijak menghadapi tekanan dan
tantangan.Usahanyapun
berbuah manis.
Berkat
kegigihan dan perjuangan pantang menyerahnya, usaha kuliner rumah makan dengan
sajian menu utama lele mulai diminati banyak konsumen. Kenaikan peminat lele
menjadikan usahanya diminati orang. Banyak orang menawarkan kerjasama dengan
model waralaba.
Berkat
lele goreng tepung andalan, rumah makan Rangga semakin ramai pengunjung.
Pecinta lele dari berbagai kawasan datang ke rumah makannya di Pondok Kelapa.
Selanjutnya, Rangga membuat putusan besar dengan pindah tempat dari tempat
rumah makan sebelumnya yang disewa Rp2 juta per bulan. Tidak hanya itu, inovasi masakan lele
terus berlanjut dengan sajian tiga menu utama, yaitu lele goreng tepung, lele filet
kremes, dan lele saus padang.
Ketika
usaha warung makan sedang menanjak, Rangga dihadapkan pada masalah baru lagi,
yaitu koki utamanya keluar dan diketahui dia membuat usaha sejenis. Rangga
kecewa, mengapa tidak berbicara sebelumnya karena kalau tahu tentunya dapat dikerjasamakan dan
saling mendukung. Masalah terselesaikan ketika tidak direncanakan Rangga
bertemu teman lamanya saat SMA,
Bambang.
Bambang pada saat itu bekerja
di restoran cepat saji. Keduanya kemudian bercerita, bertukar pikiran dan
pengalaman mengenai makanan dan bisnis rumah makan. Lalu, Rangga menjadikan
Bambang sebagai konsultannya kecil-kecilan dengan honor hanya mengganti uang
besin.
Ketika
bisnis mulai menanjak, Rangga membangun fondasi usahanya, meletakkan pijakan dasar berupa budaya kerja
dengan membuat SPO dengan dibantu oleh Bambang. Pada tahap pengembangan ini,
perananBambang
sangat besar membantu Rangga.
SPO menjadi dasar pembukaan cabang lainnya untuk mengontrol kualitas makanan
agar rasanya tidak berubah-ubah dan pelayanannya pun mempunyai diferensiasi
trersendiri. Pada akhirnya Bambang menjadi general
manager Pecel Lele Lela.
Pada
2009, menanggapi banyaknya permintaan, Rangga mulai mewaralabakan Pecel Lele
Lela. Waralaba Pecel Lele Lela berdampak positif untuk pengembangan usaha. Pecel Lele Lela
lebih dikenal oleh masyarakat dan
selanjutnya permintaan konsumen pun meningkat. Waralaba lele Lela diminati
banyak orang, bahkan sampai ke luar daerah, seperti Bandung, Yogyakarta, dan Medan.
Lele
Lela berhasil menjaga kualitas rasa dan layanan yang menjadi kunci sukses
bisnis kuliner. Tidak hanya itu, untuk menjaga bisnis tetap dalam fase
pertumbuhan,
Lele Lela terus berinovasi dengan rasa, mengembangkan berbagai menu hidangan
lele yang khas dan berbeda. Inovasi di sisi layanan Lele Lela mengembangkan
budaya sambutan ucapan “Selamat Pagi” kepada setiap konsumen yang datang
meskipun waktunya siang, sore, dan
malam. Rangga menunjukkan
bahwasanya seorang wirausahawan haruslah kreatif dan inovatis mengembangkan
nilai-nilai baru untuk meningkatkan
nilai produknya.
Sekarang
ini Lele Lela mendapatkan permintaan waralaba dari orang-orang Indonesia yang
tinggal di Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Rencananya,
cabang-cabang di luar negeri akan direalisasikan tahun ini. Sampai saat ini
Lele Lela telah memiliki 27 cabang, 3 di antaranya adalah milik sendiri.
Nama
Lela sendiri sebenarnya hanyalah singkatan, yaitu Lebih Laku. Ini sekaligus
menjadi doa supaya Lele Lela terus berkembang. Menjadi kebanggaan tersendiri
bagi Rangga ketika Pecel Lele Lela ikut mengisi menu Pengusaha nyentrik dan
banyak memberi inspirasi, Bob Sadino, berpulang pada Senin (19/1/2015) ini
dalam usia 81 tahun. Pahit getir saat memulai usaha benar-benar dia rasakan,
sebelum akhirnya mengecap nikmatnya sebagai pengusaha.
Kesuksesan
yang dicapai Rangga
bukan semata-mata hanya kematangan konsep dan kematangan menu, tetapi juga totalitas dan komitmen
karyawan sebagai bagian aktor
yang ikut membesarkan Lele Lela.
Kini
omset seluruh cabang
mencapai Rp1,8 miliar per bulan. Sampai kini, Rangga masih memegang keyakinanbahwa jika kita mau fokus dalam melangkah,
pasti akan sukses.
3.USAHA
AYAM
Bob sadino
Pengusaha
nyentrik dan banyak memberi inspirasi, Bob Sadino, berpulang pada Senin
(19/1/2015) ini dalam usia 81 tahun. Pahit getir saat memulai usaha benar-benar
dia rasakan, sebelum akhirnya mengecap nikmatnya sebagai pengusaha.
Bob
sempat "terdampar" di Belanda selama lebih kurang 9 tahun dan bekerja
di perusahaan pelayaran nasional Djakarta Lylod yang memiliki kantor di kota
Amsterdam, Belanda, dan Hamburg, Jerman.
Setelah
itu, Bob keluar dari perusahaan dan memasuki bisnis sewa mobil. Mobil yang dia
sewakan adalah Mercedes miliknya sendiri, dan dia sendiri yang menjadi
sopirnya. Dalam perjalanannya, Bob mengalami kecelakaan dan mobil yang dia
punyai pun rusak.
Bob
kemudian banting setir menjadi kuli bangunan dengan upah harian. Saat itu, dia
juga mulai tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam. Bob menjadi orang
pertama yang mengenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Seiring
berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin
berkembang.
Usaha
yang dijalankan semakin berkembang. Tak hanya berkutat dengan telur dan ayam,
Bob Sadino juga memasuki bisnis sayuran dan penjualan makanan. Penampilan yang
nyentrik menjadi ciri khas sehari-hari Bob Sadino. Bercelana pendek, dia dengan
leluasa bepergian ke mana-mana. Dia juga cukup "laris" menjadi
pembicara untuk memberi motivasi kepada pebisnis pemula.
Seperti
beberapa waktu lalu saat dia menjadi pembicara di Bogor, Bob mengatakan bahwa
peluang bisnis pertanian cukup besar, tidak hanya pasar internasional, tetapi
juga pasar dalam negeri. Bob mengatakan, semakin banyaknya minat generasi muda
untuk berwirausaha, maka jumlah usahawan Indonesia pun meningkat, yang saat ini
hanya 1,8 persen dari total penduduk Indonesia.
Semua
telah dibuktikan oleh Bob, pendiri dan pemilik tunggal supermarket Kem Chicks, entrepreneur
sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah, dan bukan berasal dari keluarga wirausaha.
5 rahasia sukses berbisnis ala Bob Sadino :
Pertama,
harus berani memulai
Dalam menjalankan roda bisnis yang terpenting adalah
harus berani action dan berusaha dengan totalitas penuh serta
jangan takut untuk gagal. Walaupun pada waktu itu ayam kampung masih
mendominasi pasar di Indonesia, namun dengan keberaniannya Om Bob tetap
berusaha untuk memperkenalkan ayam negeri dengan telurnya ke pasar bebas.
Meskipun tak jarang Ia menemui beberapa kegagalan dalam bisnisnya, tetapi Ia
menanggapi kegagalan tersebut sebagai vitamin untuk meningkatkan kualitas
kerjanya. Sebab, dengan merasakan sakitnya kegagalan, biasanya manusia
terdorong untuk bangkit dan akhirnya mengetahui bagaimana nikmatnya sebuah
keberhasilan.
Kedua, jangan
terlalu banyak analisis
Sebagian besar orang terlalu banyak berpikir dan
menganalisa sebelum akhirnya melangkah terjun di dunia usaha. Padahal, ketika
seseorang hanya membuat rencana dan merasa memiliki ilmu yang melebihi orang
lain, maka sebenarnya Ia akan semakin banyak memikirkan hal-hal negatif yang
akan menghambat kesuksesan sebuah usaha. Karenanya untuk bisa menjadi
entrepreneur sukses, segeralah action untuk mencetak keuntungan besar
setiap bulan.
Ketiga,
tidak ada kesuksesan yang serba instan
Pada dasarnya tak ada yang instan di dunia ini.
Termasuk juga dalam mencapai kesuksesan, dibutuhkan proses yang cukup panjang
untuk bisa meraih apa yang Anda impikan. Untuk itu setiap pengusaha dituntut
untuk terus berkomitmen pada kesuksesan yang telah diimpikan dan tidak cepat
menyerah dalam menghadapi berbagai macam masalah. “Sesuatu yang didapat dengan
mudah biasanya juga akan menghilang dengan cara yang terbilang mudah,” kutip
Bob Sadino.
Keempat,
memiliki mimpi besar
Dalam hal ini tentunya Om Bob telah membuktikan kepada
kita semua bahwasannya bermodalkan tekad, niat, dan juga semangat yang kuat,
Beliau mampu meraih mimpi besar yang telah Ia citakan. Sebab sebenarnya
kesuksesan itu bukan sekedar teori, namun didapat dari perjuangan dan kerja
keras serta dilandasi niat yang kuat untuk mewujudkan cita-cita kita.
Kelima,
positif thingking
Disadari atau tidak berpikir positif ternyata dapat memudahkan langkah Anda menuju gerbang
kesuksesan. Sebab, dengan membiasakan diri untuk selalu positif thingking, Anda
bisa lebih optimis dalam menjalankan sebuah usaha, semakin tenang dalam
menghadapi berbagai macam permasalahan, serta bisa mengambil hikmah dari setiap
kegagalan yang mereka temui di tengah jalan.
4.
USAHA SUVENIR
DIDI
KURNIADI
Berasal dari keluarga yang berlatar belakang
pedagang menjadikan Didi Kurniadi memiliki jiwa berdagang sejak kecil. Apalagi
dengan tuntutan ekonomi keluarga yang pas-pasan, membuat Didi sudah terbiasa
menjalankan bisnis untuk membantu orang tuanya sejak dia masih remaja.
Berbagai sektor usaha sudah dia
jalankan ketika menghabiskan masa sekolah di Lampung, mulai dari berjualan
empek-empek, berjualan majalah sampai menjadi agen penjual atau reseller produk
suvenir dari Jakarta. Siapa sangka usaha terakhirnya ini mampu membawa pria
berusia 35 tahun ini menuju pada kesuksesan finansial.
Lewat merek usaha Radja Promosi, Didi
berhasil membangun bisnis suvenir atau produk promosi di daerah tempat
tinggalnya di Lampung. Dia memberi nama Radja karena itu nama tertinggi dalam
kasta kerajaan. "Hampir semua yang nama radja itu baik, jadi biar
terdengar unik," ceritanya.
Dia mengklaim Radja Promosi adalah
usaha suvenir produk promosi perdana yang berlokasi di Lampung. Latar belakang
dia menjalankan usaha ini karena dulu dia melihat belum ada media promosi
yang unik di Lampung. "Kalau ada yang mau berpromosi atau beriklan, ya
kalau tidak pasang iklan, pasang spanduk," ujarnya.
Usaha yang Didi rintis sejak tahun
2009 ini sudah mampu memproduksi ribuan suvenir setiap bulan. Beberapa produk
suvenir tersebut di antaranya adalah handuk, boneka, payung, kaus, spanduk,
mug, kotak tisu, jam, topi, tenda, pulpen, kipas, gantungan kunci, dan masih
banyak lagi.
Dengan dibantu 20 orang karyawan untuk
operasional, Radja Promosi hingga kini sudah banyak mendapatkan klien di
berbagai daerah di Sumatra dan Jawa. Sebagian besar pelanggannya berasal dari
perusahaan-perusahaan besar seperti Indosat, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI
dan hotel-hotel.
Harga jual produknya beragam.
Pemesanan bisa satuan hingga ribuan. Untuk Produk termurah misalnya pena
seharga Rp 1.700 per unit. Produk promosi yang termahal adalah tenda promosi
seharga Rp 8,5 juta per unit. Didi mengaku bisa mendapatkan sekitar 30 konsumen
sampai 50 konsumen per bulan. Nilai pemesanannya rata-rata sekitar Rp 9 juta
sampai Rp 10 juta per konsumen. Maka tak heran jika omzet usahanya bisa
mencapai Rp 500 juta per bulan.
Kesuksesan Didi merintis usaha jasa
suvenir dari nol hingga mampu mencetak omzet ratusan juta per bulan di Lampung
ini menarik untuk dicontoh. Ini membuatnya beberapa kali mendapatkan
tawaran untuk menjadi pembicara di seminar kewirausahaan. Ia pernah menjadi
salah satu pembicara seminar Kun Fayakun for Business yang diselenggarakan oleh
PPPA Daarul Quran Lampung. "Saya senang kalau berbagi ilmu bisnis kepada
orang lain," ujarnya.
Dalam memasarkan produknya, Didi rajin
memasang iklan di koran lokal untuk menjangkau konsumen di Lampung. Sementara
untuk skala nasional, dia memanfaatkan media sosial mulai dari situs
radjapromosi.com, Facebook, dan Twitter. "Sebagian besar pemesanan yang
datang masih via offline," jelasnya.
Didi besar di tengah keluarga dengan
kondisi ekonomi pas-pasan. Ayahnya berprofesi sebagai pedagang soto ayam dan
ibunya menjadi penjual sayur keliling. Kondisi ini membuat Didi lebih peka
dengan keadaan ekonomi keluarganya. Sejak kelas 3 SD hingga SMA, anak pertama
dari lima bersaudara ini berjualan empek-empek untuk membantu keuangan
keluarga. Bertahun-tahun berjualan membuatnya terbiasa dengan aktivitas ini.
Ketika menjadi mahasiswa di
Universitas Lampung, Didi sempat menjadi pengurus dana dan usaha (danus) di
salah satu organisasi kerohanian di fakultasnya selama tiga tahun. Dari situ,
dia banyak belajar mengelola sebuah bisnis. Lantaran sudah terbiasa dengan
profesi menjadi penjual, ketika lulus kuliah, pria kelahiran tahun 1980 ini
sempat bergabung menjadi sales di sebuah lembaga pendidikan di Lampung. Ketertarikannya
berbisnis suvenir promosi berawal ketika dia menemukan sebuah iklan jasa
suvenir promosi dari Jakarta berupa permen promosi di majalah pemasaran. Dia
melihat, cara berpromosi dengan permen cukup menarik. Ketika itu di tahun 2004,
tidak ada media promosi selain spanduk dan pasang iklan di media massa di
daerahnya.
Dari situ, Didi tertarik untuk menjadi
tenaga penjual permen promosi tersebut. Dia akhirnya membuka usaha permen
promosi cabang Lampung di akhir tahun 2004. Bermodal katalog dan contoh permen
yang dia miliki, Didi mencoba menawarkan jasa promosi ini ke berbagai perusahaan
di Lampung. Pada awal-awal berbisnis, Didi banyak mendapatkan penolakan.
Bahkan salah satu perusahaan
mencemoohnya karena bentuk penawaran Didi yang hanya menggunakan katalog dan
contoh permen, bukan lewat proposal. "Saya pada saat itu hanya punya kemampuan
menjadi tenaga penjual saja, untuk teknis penawaran ke perusahaan masih belum
paham," ujarnya. Akhirnya dia memperbaiki sistem penjualannya dengan
menggunakan proposal agar terlihat lebih profesional. Gayung bersambut, klien
pertamanya datang dari salah satu calon wakil walikota yang sedang kampanye
saat Pilkada. Saat itu orderan pertamanya sebanyak 150.000 unit permen dengan
gambar sang calon wakil walikota berserta wakilnya. "Saya bisa dapat
keuntungan Rp 4,5 juta pada saat itu," ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, permintaan
jasa promosi melalui permen makin berdatangan. Beberapa kliennya adalah
perusahaan besar seperti Bank BII dan Bank Mandiri cabang Lampung.
Namun lantaran Didi belum bisa
mengelola keuangan dengan baik, keuntungan yang dia dapat tidak dia gunakan
lagi untuk modal usaha. Sebagian besar keuntungan dia gunakan untuk keperluan
pribadi. Akibatnya, Didi pun terlilit utang pada produsen permen promosi hingga
mencapai Rp 20 juta. Setelah memperbaiki sistem keuangan usahanya, dia bisa melunasi
utang dengan cara mengangsur. Usaha suvenir promosinya terus berkembang. Dia
menambah variasi produk dengan menjadi agen penjual suvenir lainnya dari
Jakarta. Di situ, pengalamannya terus bertambah.
5.
USAHA SEPATU
FAUZAN ADHIMA EFWANDAPUTRA
Di usianya yang masih relatif muda,
Fauzan Adhima Efwandaputra sukses menjalankan bisnis pembuatan sepatu buatan
tangan atau handmade shoes. Pria kelahiran 11 Agustus 1989 ini fokus membuat
sepatu bot handmade premium khusus pria dengan merek Foremost Indonesia.
Omzetnya kini pun mencapai ratusan juta rupiah per bulannya.
Membuka usaha di Bandung, Jawa Barat,
ia menyasar konsumen berkantong tebal yang memiliki selera tinggi dan berkelas.
Selain memiliki toko ritel di Bandung, ia juga memasarkan sepatu buatannya itu
ke berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Bali.
Dengan harga jual berkisar antara Rp
495.000-Rp 923.000 per pasang, Fauzan meraup omzet Rp 50 juta setiap bulan,
dengan margin keuntungan 10%-15% dari omzet. Bisnis ini mulai dirintisnya pada
Oktober 2010. Selain sepatu, awalnya ia juga membuat kaus. Namun, sistem
pengerjaannya hanya berdasarkan order. "Waktu itu tanpa merek,"
ujarnya.
Lambat laun, order yang diterimanya
terus meningkat. Di bandingkan dengan kaus, order sepatu lebih mendominasi.
Makanya, belakangan ia memutuskan untuk meninggalkan usaha pembuatan kaus
tersebut. Namun, saat itu ia belum langsung membuat sepatu bot. "Awalnya
saya membuat sepatu kets dan kasual," ujarnya.
Sumber :
http://www.berkuliah.com/2014/12/sandiaga-salahudin-uno-pengusaha-muda-muslim-terkaya-di-indonesia.html
http://www.ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/kisah-sukses-didi-kurniadi-berbisnis-suvenir
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/fauzan-sukses-membuat-sepatu-bot-pria
No comments:
Post a Comment